Pendidikan Kristen menurut Martin Luther



v  Riwayat Hidup Martin Luther, Reformator dan Pendidik
          Martin adalah putra sulung Margareta dan hans luther. Yang terakhir ini bekerja di tambang tembaga dekat kota EisLeben di Jerman. Lambat laun hans mampu mengumpulkan ang yang tidak sedikit jumlah untuk membeli tambang milik pribadinya. Demikianlah juga martin memulai pengalaman pendidikannya ketika berumur 7 tahun.
     MartinLuther pada tahun 1505 berhasil meraih gelar Magister Artes dari Universitas Effurt.
     Pada tahun 1508 Martin Luther menjadi dosen di universitas Wittenberg mata kuliah teologi Alkitab.
v  Dasar Teologi Martin Luther untuk PAK
Luhter membaginya menjadi 4 bagian :
1.      Keadaan berdosa dari setiap warga
Dalam hal ini bagi Luhter Dosa membuatnya dikutuk Allah. Karen perasaan inilah yang mendorong Luhter  mencari jalan keluar, dan hal ini tidak bisa diatasi segalah sakramental ada pada zamannya. Dan dari perasaan dosa ini yang mendorongnya ke jalan pembaharuan Greja. Bagi Luther  dosa apapun harus diakui sebelum diampuni dan sebelum ia diakui ia harus diingat. Tapi Pater Von Staupitz yang menasihatinya agar perhatiannya beraling dari dosa ke tabiat. Tabiat manusia (didalam diri manusia terdapat sesuatu yang menghalanginya untuk memenuhi kehendak Tuhan secara sempurna (Rm 3:23) ). Singkatnya Luhter  menghubungkan alasan mengapa pendidikan perlu ada dengan tabiat berdosa manusia yang lebih terbuka . mesti ada PAK yang menanamkan dalam diri orang bibit kepercayaan.
2.      Pembenaran oleh Iman
Menurut Luther Iman adalah Kunci utama sarana Prestasi kristsus dalam diri manusia  Iman menjadi kunci utama setiap warga yang menaruh seluruh hidupnya pada Yesus Kristus, karena dikatakan orang benar akan hidup oleh Iman (Rm 1:17b)
Bagi Luther juga Perbuatan baik adalah respon kita atas berkat yang telah diberikan oleh Tuhan bukan sebagai sarana untuk memperoleh keselamatan
Dengan menerima kenyataan pembenaraan karena Iman itu, Lluther melihat bahwa ada hubungan baru antara manusia dan Allah, yaitu hubungan kepercayaan kepada Allah dan Kasih kepada sesamanya. Sesudah dimerdekakaan dalam Kristus, setiap warga perlu belajar bagaimana melayani sesamannya karena pengetahuan itu tidak disampaikan secara otomatis bersama dengan pengalaman pembenaraan karena Iman itu. Demikianlah ajaran dasariah itu menjadi motivasi untuk melaksanakan pendidikan di kalangan jemaat dan sebagian isi kurikulumnya.
3.      Imamat semua orang percaya
Bagi Luther Setiap orang mempunyai kedudukan yang sama, dan mempunyai hak istimewa karena setiap orang dibenarkan oleh Iman.  Dengan kata lainnya Setiap warga adalah Imam bagi warga seimannya
Salah satu tugas Imamat yang penting adalah pelayanan firman. Karena Imamat am itu diklaim kembali oleh Luher,didalamnya tersirat perlunya melengkapi semua warga agar mampu memenuhi kesempatan dan kewajiban yang termasuk dalam panggilan mulia itu. Antara lain, mereka harus di didik dalam firman Allah, yang sewajarnya menjadi dasar teologi ke-4 untuk pendidikan agama kristen dalam pikiran Luther.
Jadi manusia dididik dan dilatih untuk memenuhi panggilan untuk menjadi seorang Imamat yang mulia itu. Terutama mengenai firman Allah.
4.      Firman Allah
PAK semuanya berakar dalam Alkitab,
-          Firman hidup yang adalah Yesus sendiri
-          Firman yang tertulis yang adalah Alkitab
-          Firman yang diajarkan melalui kata-kata dan perbuatan

v  Dasar “Sosiologis  Martin Luther untuk PAK
Sosiologi ditulis dengan tanda petik oleh karena pada saat itu secara teknis ilmu itu belum ada pada waktu Luther hidup. Dasar Sosiologi yang dimaksudkan di sini tentang bagaimana dinamika dan unsur sosial turut memperlancar pelaksanaan pembaruan gereja dan masyarakat atau sebaiknya menghambatnya Dalam arti inilah akan dibahas tentang padangan Luther terhadap dua bagian pokok dalam masyarakat, yaitu: Orangtua dan Penguasa sipil.
 Hal tersebut dilakukan karena kemerosotan mutu pendidikan yang terjadi di sekolah-sekolah dan universitas-universitas merupakan salah satu dampak sampingan dari pembaruan gereja di Jerman. Luther mengakui peranan pokok yang diperankan oleh para orangtua dalam mendidik anak mereka. Namun bagi Luther justru tugas inilah yang dilalaikan, karena pertimbangan ekonomi. Untuk memperkuat argumentasinya tentang kewajiban yang harus dilakukan oleh orangtua.
 Luther memberikan tiga hal pokok, yaitu
 contoh dari alam: dengan memberikan gambaran bagaimana binatang-binatang yang tidak berakal selalu memelihara serta melatih anak-anak mereka dan jika dibandingkan dengan para orangtua, maka para orangtua tentu akan jauh memberikan yang terbaik bagi anak-anak mereka;
kebutuhan masyarakat: Luther juga sangat prihatin kepada orangtua yang merasa puas apabila putranya hanya menerima pendidikan paling dasariah saja, yang dipandang cukup untuk tugasnya (misalnya menjadi seorang pedagang). Pandangan tersebut menurut Luther tidaklah bertanggung jawab, karena masyarakat menyeluruh termasuk kaum pedagang memerlukan pemuda yang diajar sedalam-dalamnya demi keamanan dan kesejahteraan umum; dan yang terakhir
     kehendak Allah: berdasarkan kehendak Tuhan, yang ditarik Luther dalam Mazmur 78:5di mana para orangtualah yang paling bertanggung jawab terhadap pendidikan anak-anak mereka. Akan tetapi hal itu tidak berarti bahwa seluruh tugas dibebankan kepada orangtua saja.  Semua penguasa sipil, khususnya mereka yang bekerja di dalam pemerintahan wajib menyediakan dana dan sarana demi kepentingan pendidikan bagi kaum muda.
Luther memberikan beberapa alasan mengapa para pemimpin pemerintahan wajib menyediakan kesempatan belajar bagi kaum muda, antara lain:
-          kalau orangtua tidak mau mendidik anak-anak, atau tidak mampu, atau mampu tetapi mempunyai waktu atau uang cukup untuk pendidikan, maka terdapat satu lembaga yang mempunyai keuangan yang dapat dipergunakan untuk kesejahteraan umum.
-          Walaupun dana yang dikeluarkan tidak sedikit jumlahnya, namun Luther telah memikirkannya yaitu melalui kas gereja, para dermawan, dan kas Negara.
v  ASAS-ASAS PELAYANAN PAK
Tujuan :
Bagi Luther dengan pendidikan Kristen. Luther ingin menyadarkan anak didik dan orang dewasa tentang keberdosaan mereka dan untuk melibatkan semua warga jemaat, khususnya yang muda, dalam rangka belajar teratur dan tertib agar semakin sadar akan dosa mereka serta bergembira dalam Firman Yesus Kristus yang memerdekakan mereka khususnya dalam pengalaman
    Berdoa
    Firman tertulis
    Alkitab
    Rupa-rupa kebudayaan.
1)      Dengan harapan mereka mengetahui hukum yang menyatakan tuntunan Allah terhadap para warga jemaat entah muda atau lebih dewasa, agar mereka mengerti betapa lebarnya jurang yang memisahkan manusia dari Allah dan mengantar mereka kepada kesadaran akan dosa mereka pribadi.
2)      para warga hendaknya mendengar isi Kabar Baik dalam Yesus Kristus serta mengamalkannya.
3)      para pelajar diharapkkan memahami doa, serta melaksanakan kehidupan doa. Itulah sebabnya mengapa Doa Bapa Kami merupakan doa teladan bagi kaum tua dan muda.
Ini semua agar Sehingga mereka mampu melayani sasamanya termasuk masyarakat dan negara serta gereja.

Pengajar :      1. Allah sebagai pengajar pokok                                                                                             2. Luther (sebagai pelayan firman)                                                                                             3. Orang tua (Ef 6:4b)                                                                                                             4. Guru
Warga Belajar :         1. Orangtua                                                                                                                             2. Guru                                                                                                                            3. Anak                                                                                                                                   4. Semua anak dari lapisan masyarakat                                                                                   5. Para Imam, biarawan dan warga gereja (dewasa dan musa)
Kurikulum :
Gagasan yang diungkapkan sepintas lalu dalam rangka membahas masalah lainnya. Katekismus yang merupakan kurikulum paling lengkap dan teratur .Teknis Melanchton yang merupakan petujunk-petunjuk bagi tim yang melawat para pendeta.  
Ruang lingkup Kurikulum yang Luther sebutkan sepintas lalu dalam karyanya
 Di dalam ruang lingkup kurikulumnya, Luther memasukkan unsur musik sebagai sarana belajar bagi semua pelajar.
Menurutnya, musik merupakan salah satu karunia Tuhan yang paling indah. Tetapi Luther tidak hanya memasukkan vak musik ke dalam kurikulumnya.
Dia sendiri telah menggugah paling tidak sepuluh buah nyanyian rohani, yang di antaranya termasuk nyanyian Reformasi yang terkenal, yaitu “Allahku benteng yang Teguh” (“Ein Feste Burg Ist Unser Gott”).
Selain vak musik, Luther juga menerapkan vak sejarah ke dalam keurikulumnya. Luther berpandangan bahwa sejarah tidak lain daipada kisah yang bersaksi atas pemeliharaan Allah sepanjang abad terhadap manusia.
Dengan mengetahui serta memahami arti baik buruknya sejumlah peristiwa yang terjadi pada masa lampau, maka warga diperkaya dalam keperluan mengambil keputusan bermakna pada zaman sekarang ini.
Selain itu, fakultas  ilmu hitung dan olahraga yang menurut Luther juga perlu ada dalam sekolah-sekolah, di samping semua vak khusus yang berkaitan dengan bahasa Latin. Walaupun semua vak-vak di atas adalah vak-vak pelengkap yang penting, namun bagi Luther tidak ada pokok pelajaran yang lebih penting daripada Alkitab. Pembelajaran tentang Alkitab dipermudah dengan adanya terjemahan Kitab Suci dalam bahasa Jerman.
Isi Katekismus :
Pada tahun 1529, Luther menghasilkan dua buku katekismus, yaitu yang Kecil untuk anak-anak dan Besar untuk kaum dewasa.
-          Katekismus kecil : terdapat pertanyaan dan jawaban mengenai Pengakuan Iman Rasuli, Doa Bapa Kami, Sakramen Perjamuan Kudus
-          Katekismus Besa : Luther lebih menekankan untuk mengucapkan kembali secara lisan setiap pagi Doa Bapa Kami, Dasa Titah, Pengakuan Iman Rasuli
Isi Kurikulum di Sekolah :
Ada tiga tahap sekolah
1.    Anak-anak yang duduk di sekolah pada taraf permulaan. Anak-anak yang duduk di sekolah pada tahap pemula akan diajarkan membaca. Buku pertamanya memuat alphabet (abjad), Doa Bapa Kami, Pengakuan Iman Rasuli di samping doa-doa. Selain itu, anak-anak tidak belajar membaca dan menulis bahasa Jerman, melainkan bahasa Latin. Oleh sebab itu, setiap anak diwajibkan menghafalkan beberapa kata setiap hari dan kemudian mengucapkannya kembali secara tertulis dan lisan;  (anak-anak diajar membaca)
2.    Di dalam tahap ini adalah anak-anak yang sudah mampu membaca dan menulis, mata pelajarannya mencakup tiga vak pokok, yaitu: tata bahasa Latin, Dongeng-dongeng Aesop dan pendidikan agama Kristen;
3.    Dalam bagian ini (hanya anak-anak yang mampu untuk membaca karangan klasik dalam bahasa Latin yang boleh masuk tahap ini)
Hanyalah anak-anak yang paling mampu dalam tata bahasa Latin boleh naik tingkat bagian ketiga ini. Sepanjang pagi waktunya dimanfaatkan membaca karangan klasik dalam bahasa Latin di samping mengupas berbagai pokok tata bahasa yang ada di dalamnya. Dalam seminggu anak-anak diwajibkan menyusun sebuah syair dalam bahasa Latin. Selain itu, pembicaraan dalam semua mata pelajaran hendaknya berlangsung dalam bahasa Latin juga. Vak yang lebih ringan seperti musik dipelajari sesudah makan siang. Anehnya, vak pendidikan agama Kristen hanya dipelajari secara tidak langsung melalui kebaktian saja
Metode :
Gaya mengajar yang disarankan Luther lebih maju ketimbang pendekatan yang lazim dikenal di sekolah-sekolah sezamannya, namun dengan semua tekanan atas menaati pola tetap, kekhawatiran terhadap ucapan pribadi, khususnya dalam penelaahan katekismus, dan latihan terus-menerus menyatakan metode-metode mengajar yang dinamakan pembiasaan (Conditioning)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Budaya "Ana kasi makang Om di Pulau Oma"

“PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN HORACE BUSHNELL”

PAK Menurut Calvin