Budaya "Ana kasi makang Om di Pulau Oma"
TUGAS
ANTROPOLOGI
Disusun Oleh :
Aprilia Netania Hukom
NPM : 12175201150011
Dosen Penyaji : Dr. E.
Pattinama/T,M.Hum
FAKULTAS TEOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
MALUKU
2016
BAB I
1.1. Latar Belakang Negri Oma
Nama Negri Oma berdasarkan
seharah, diberikan nama
oleh Moyan “Oma”
sesuai dengan kata yang didengarnya. Melalui Sedangkan pihak Portugis/orang berkulit putih
memberikan nama tempat ini adalah “Pulau
Buang Besi” .Pada
saat itu Oma hanya sebagai tempat saja belum ada kata sambutannya dengan
Negeri. Lalu mereka menurunkan keluarga-keluarganya dari Amaira menghuni tempat
“Oma” ini. Tempat
yang dinamakan Oma ini, kemudian diperluas baru ditemukan pondasi kota benteng,
ditemukannya tanaman-tanaman kayu jati dan bak air panas.
Negeri Oma adalah sebuah Negri yang berada di wilaya
Kecamatan Pulau Haruku,Kabupaten Makuku Tengah,Ambon Maluku. Kota yang terdekat
dengan Negri Oma adalah Kota Ambon dan Bula. Negri Oma ber Koordinat 3°35'41"S 128°27'24"E, bentuk Pemerintahan yang di anut di
Negri Oma adalah sistem Monarhi (Raja). Lagu Negri Oma adalah Leparissa
negriku.
Negeri
oma dari 10 negeri lainnya di pulau Haruku semuanya terletak di pesisir pantai,
megelilingi pulau yang luasnya kurang lebih 15000 km2 ini. Negeri
yang satu ini letaknyadi pesisir pantai paling selatan.
Negeri
ini beriklim panas pada musim barat karena angin bertiup dari arah barat.
Sebaliknya beriklim dingin karena angin bertiup dari arah timur.
Di Negri Oma banyak sekali Budaya yang khas, salah satu
budaya yang khas adalah budaya Ana kasi makan Om.
1.2. Teon
dan Pasawari mata rumah dan Soa dalam Negri Oma
1.2.1
Teon
Nama Fam
|
Nama Teon
|
Pasawari Mata Rumah
|
Uneputty
Tohata
Patiata
Lesirolo
Manusiwa
|
Rualutu
Rirapary
Sialona
Sirawane
Kota Jasa Leiitu
|
Upu Uneputty Mata Rumah Rualutu
Upu Hatalae Tupano Mata Rumah Riripary
Upu Topatiata Mata Rumah Sialona
Upu Resirolo Latu Mata Rumah Siraware
Upu Wanasute Eiya Mata Rumah Leiitu
|
Ririassa
Kaihatu I
Kaihatu II
Sekewael
|
Nantimu
Rutuhitu
Nantimu
Rutuhitu
Nantimu
Rutuhitu
Nantimu
Rutuhitu
|
Upu Ririassa Kapitano Mantura Kekeke
Mata Rumah Nantimu Rutuhitu
Upu Lelekenuassa Mata Rumah Nantimu
Rutuhitu
Upu Maekenusa Mata Rumah Nantimu
Rutuhitu
Upu Sekemanuela Mata Rumah Nantimu
Rutuhitu
|
Pattinama
Pattinama
Pattinama
Pattinama
|
Pattibarani
Sopasina
Sopatrima
Turaparu
|
Upu Patibarani Latua Peisina Kota
Intan
Upu Sopasina Latua Peisina Kota Intan
Upu Sopatrima Latua Peisisna Kota
Intan
Upu Turaperu Latua Peisina Kota Intan
|
![]() ![]() ![]()
Pattikawa
|
Pati Hua Pati
Salaiha
|
Upu Suripatty, Patty, Latua Peisina
Pati Hua Pati
Upu Kawai Mata Rumah Salaiha
|
Haumahu
Hukom
Wattimena I
Wattimena II
Hetharia
|
Haupea
Haupea
Haupea
Haupea
Pelatimu
|
Upu Haumahu Tunai Mata Rumah Haupe’a
Upu Ramvahulu Mata Rumah Haupe’a
Upu Totomena Mata Rumah Haupe’a
Upu Menay Mata Rumah Makaili
Upu Hetharia Samoei Pelatimu
|
1.2.2. Soa
Nama Soa
|
Fam Inti
|
Fam Tambahan
|
I.
Latu Ei
|
Uneputty
Tohata
Pattiata
Lesirolo
Manusiwa
|
Noya
Tetehuka
|
II.
Pari
|
Kaihatu
Sekewael
Ririassa
|
Siahaya
Akihary
|
III.
Raja
|
Pattinama
Suripatty
Patty
|
Pattikawa
Nussa
Kayadu
Selanno
Salakay
Sinay
Sahurette
Toisuta
|
IV.
Tuni
|
Haumahu
Hukom
wattimena |
Hetharia
De fretes
Silahoy
|
1.3.Sistem Organisasi Sosial
Sistem Pamerintah dalam Negri Oma adalah pejabat negeri
yang memimpin jalannya pemerintahan. Di
dalam pemerintahan negeri
Oma ,
di dalamnya terdapat lembaga-lembaga
lain yaitu Soa, Saniri, Kewang juru tulis, marinyo, kerohanian.
1.3.1. Saniri Negeri
Saniri
Negeri disebut
juga sebagai Saniri lengkap, lembaga adat ini beranggotakan sedikit orang saja
yang terdiri dari pejabat-pejabat yang duduk dalam saniri dan wakil-wakil dari
soa yang bukan kepala soa atau kepala soa.. itulah sebabnya disebut saniri
lengkap. Mereka adalah sebuah dewan, sebuah majelis. Tugas dewan ini adalah memberi nasehat
kepada pamerentah, mengawasi jalannya pemerintahan,
mengawasi pembangunan-pembangunan yang manfaatnya untuk kepentingan umum,
memilih dan mengangkat pemerintah juga mengusul pemberhentiannya, mempunyai
tugas kehakiman . tugas ini, dapat dilihat bila ada sengketa perdata atas
sebidang tanah misalnya antara warganya sendiri atau dengan negeri tetangganya
karena perbatasan.
1.3.2 Gelar,Teon
& Soa
Gelar, Di setiap negeri di Maluku dimpin
oleh seorang pamerentah atau raja. Dalam pemerintahan Hindia Belanda, telah
disediakan pula gelar untuk diberikan kepada masing-masing kepala pamerentah
negeri itu sesuai dengan tingkat pengabdian dan loyalitasnya. Title atau gelar
itu diabgi 3 tigkat yaitu :
1.Raja,
2. Patih dan 3. Orang kaya.
Dari kedudukan itu
rajalah yang mendapat tahta kedudukan yang paling tertinggi, kemudian patih dan
terakhir adalah orang kaya. Gelar itu
dapat berubah-ubah bergantung pada pengabdian dan loyalitasnya. Menurut
keterangan dari Bapak Atus Selanno bahwa pemerintahan negeri Oma yang mengaku jabatan patih ialah tuan patih
Hendrik juga patih Jacob Pattinama. Sebab pada waktu pengangkatan tuan patih
Jacob, tongkat kebesaran yang diberikan padanya berkepala perak dan panji serta
paying kebesarannya masing-masing berwarna putih. Kemudian karena loyalitasnya
kepada pemerintah, beliau di nobatkan lagi dari patih menjadi raja. Tanda
kebesaran yang berupa tongkat, panji dan paying. Tongkat kebesaran ini
berkepala perak untuk semua pamerentah, sedangkan berkepala emas diberikan oleh
Gubernur Jenderal kepada pamerentah yang bersangkutan atau residen atas namanya
bila berhalangan hadir.
Selainitu, tongkat
kebesaran yang berupa panji memiliki tiga warna yaitu : kuning emas, putih, dan
biru. Selain itu tanda kebesaran yang berupa payung, tanda kebesaran ini untuk
melindunginya dari sinar terik matahari dan hujan bila berpergian. Warna dari
payung ini sama dengan ketiga warna panji-panji tersebut, diberikan sesuai
dengan gelarnya.Pada zaman dulu, jabatan pamerentah atau raja ini tidak
ditentukan masa berakhirnya. Jadi jabatan ini boleh dipangku seumur hidup.
Apabila jabatan pamerentah ini berakhir jika ada alas an minta berhenti dari
masa jabatan. Misalnya tak dapat menjalankan tugas dengan baik, di hukum atas
putusan pengadilan, atau alas an yang lainnya.
Dengan terjadinya
perkembangan, sistim pemerintahan negeri yang dilakukan secara monarchi diganti
dengan sistim pemerintahan desa secara demokratis berdasarkan UU No tahun 1979. Masa jabatan ini sudah dibatasi 8
tahun. Akan tetapi terjadi perubahan terus menerus, hingga terakhir dengan UU
No 32 tahun 2004 untuk masa jabatan raja 5 tahun.
1.3.3.
Teon
dan Pasawari mata rumah atau menurut fam,
Bertamu
dengan mengucapkan salam pagi, siang ataupun malam, - tergantung waktu – adalah
budaya sopan santun. Setiap mata rumah dan setiap mata rumah juga mempunyai teonnya. Seseorang yang bertamu pada salah satu
keluarga, sebelum ia menghaturkan maksud kedatangannya, terlebih dahulu ia
meyapa si tuan rumah dengan pasawari ( sopan santun adat) menurut fam dan nama
teonnya seperti di bawah ini. Kemudian baru ia menyampaikan isi hati.
1.3.4.
Soa, Soa adalah sala satu dari lembaga adat
lainnya yang juga membantu
pamerentah
negeri dalam menjalankan tugas pemerintahannya.Sebuah soa terdiri dari satu fam
(nama besar keluarga) atau lebih. Oleh karena beberapa fam yang bergabung
membentuk sebuah soa maka soa ini tidak mempunyai mata rumah, namun demikian
seorang anggota soa tertuua atau yang dituakan dan dipandang cakap untuk
dihormati oleh anak-anak soanya. Walaupun
tidak mempunyai rumah soa, rumah pribadi kepala soa selalu mendapat perhatian
untuk mengurus kepentingan soa terutama bila ada acara adat soa.kepala soa
diangkat melalui musyawarah soa. Kepala soa terpilih, diajukan kepada
pemerintah negeri atau raja untuk kemudian diusulkan untuk diangkat.
1.4.
Sistim Perkembangan Vokal dan Bahasa
Vokal
dan bahasa dalam Negri Oma masih dipertahankan ciri khasnya,Bahasa Negri Oma
mempunyai ciri khas tersendiri. Dan sampai sekarang masyarakat Negri Oma masih
menggunakannya.
Contoh
dialeg bahasa Negri Oma : O, pi mana O? O su makan ka blom?
Ciri
utama bahasa masyarakat Negri Oma yaitu penambahan Huruf “Oo” pada setiap awal
kalimat ketika berbica, mungkin ini karena menurut sejara asal usul negri oma,
yang ada seorang laki-laki Amaira berkunjung ke Oma dan mendengar suara dari
laut “Oh Man”, tapi mendengar seperti OMA. Dan bahasa Oma jugaa mempunyai nada
yang unik ketika berbicara.
1.5. Sistem Mata Pencaharian di Negri Oma
Mata Pencaharian Negri Oma begitu banyak dan berfariasi ada yang menjdi
PNS,Guru Tukan bagunan tapi yang paling sering ada adalah Mata Pencaharian yang
berhubungan dengan Alam, salah satunya Hutan dan Laut.
Hutan, manusia Oma menjadikan hutan sebagai tempat atau lahan untuk
bertani. Manusia Oma biasanya bertani di Hutan , seperti bertani
jagun,ubi,pisang dan makanan-makanan lainnya. Selain itu Manusia Oma juga
sering menjadikan bahan baku dari Hutan untuk keperluan rumah tanggah seperti
Daun Sagu untuk atap,kayu-kayu atau ranting ranting untuk dijadikan sebagai
bahan bakar untuk memasak (tungku)
Laut,
Manusia Oma menjadikan laut sebagai sumber Mata Pencarian.
Hampir setiap keluarga yang
menempati pesisir pantai pulau memiliki perahu lepa-lepa ini di gunakan sebagai
sarana untuk mata pencarian ikan di laut. Beberapa puluh tahun lalu hanya
sedikit saja keluarga yang memilliki perahu
lepa-lepa ini, khususnya mereka juga yang memiliki menara, jarring, dan nyimu.
Karena itu di pantai muka negeri sekarang ini tidak banyak kelihatan perahu
lepa-lepa ini. Akan tetapi kini karena perkembangan dan kemajuan teknologi kelautan
maka menara atau alat penangkap ikan seperti tersebut sudah diganti lain, tasi
atau senar murah dan dapat dijangkau oleh hamper setiap keluarga. Oleh karena
itu mereka harus memiliki lepa-lepa pula. Selain alat-alat perlengakapan
tersebut, kini orang sudah menggunakan sero
terapung. Bagaikan rumah ikan, agar mudah menjaringnya untuk itu harus
menggunakan perahu besar dan bermesin.
1.6. Sistim Sosial Budaya
Budaya yang saya kaji disini adalah Budaya
“Ana kasi suap Om”
Budaya ini adalah, budaya yang terjadi di Negri Oma. Budaya ini
diselanggarakan karena wujud rasa Nilai trimakasi ana-ana dari Negri Oma kepada
Om-Om mereka atau Orang-orang Tua mereka yang semarga terhadap segala sesuatu
yang telah Om-Om mereka lakukan kepada mereka dan juga Nilai untuk mempererat
tali Persodaraan antara Manusia Negri Oma.
Budaya ini
sebernanya bukan hanya “Ana kasi suap Om” tapi juga Om-Om atau orang-orang Tua
mereka yang semarga kepada anak Mereka. Namun budaya ini sering di kenal dengan
Budaya “Ana kasi suap Om” . dikarenakan budaya ini lebih sering diselanggarakan
dari pada “Om-Om kasi suap anak” . disini, yang diperbolehkan untuk makan
hanyalah ana-ana dan Ayah atau Om-om mereka yang semarga. Ibu tidak
diperbolehkan.
Budaya ini tidak terjadi
secara Rutin setiap tahun-nya. Budaya ini akan dilaksanakan tergantung dari
ana-anak negri Oma sendiri. Kapan akan diselanggarakan. Bisa 1 tahun 3 kali
atau bahkan 1 tahun 1 kali. Namun acara ini seling diselanggarakan biasanya 1
tahun sekali yaitu pada bulan Desember.
Budaya ini
dilaksanakan bukan secara masyarakat Oma secara menyeluruh. Tapi bertahap per
Soa masing-masing. Hanya 1 Soa setiap acaranya.
Jadi budaya “Ana
kasi suap Om” ini terjadi bertahap. Pertama Soa La Tu Ei kemudian Soa Pari, begitu
seterusnya sampai Soa Tuni.
1.6.1. Aktivitas(Proses) Budaya
“Ana kasi suap Om”
Tahapan-tahapan
pelaksana Budaya “Ana kasi suap Om” , sebelum proses budaya ini dimulai ,
marga-marga dari soa yang akan melaksanakan budaya ini telah berunding jauh
sebelum acara berlangsung untuk memili siapa pemimpin dari acara kali ini, dan
budaya apa? Apakah “ana kasi makan om, atau om kasi makan ana”. Setelah itu sampai pada hari acara, Keluarga-keluarga
dari marga dalam Soa-Soa tersebut telah menyediakan makanan sebelumnya di atas
sebuah Lesa (meja khusus dari marga itu,
dibuat oleh marga-marga tersebut).
Kemudian Om-Om dari
marga tersebut menjembut ana-ana dari marga tersebut, sebelumnya ana-ana telah
berkumpul di suatu tempat, biasanya berkumpul di Gereja. Dan dijemput Secara
adat(diringi memakai tifa) dan memakan pakian adat (seperti Cele & lenso
adat dan diikat dikepala). Setelah sampai di tempat berkumpul ana-ana, maka
pemimpin dari acara tersebut berbicara menggunakan bahasa khusus bisa dikatakan
bahasa Tanah. Namun karena berkembanya waktu, pemimpin berbicara memakai Dialeg
Oma.
Setelah Dijemut ,
maka ana-ana dan om-om akan berjalan bersama diringi tifa sampai ke tempat
acara untuk makan.
Di sana,sebelumnya
telah tersedia makanan yang diatur di atas Lesa yang disusun berjejer panjang,
di atas meja telah tersediah makanan di atas piring. Piring hanya berjumlah
7,sendok & dan jenis makanannya hanya berjumlah tujuh saja.
Makanan-makanannya
antara lain :
Ayam 1 Ekor,Nasi
Kuning,Nasi Putih,Pali-pali (sejenis ketupat),Babengka,Sayur dua macam.
Sampai di tempat
acara, semua ana-ana duduk untuk makan , duduk berselingan tidak diperbolehkan
marga yang sama duduk bersampingan.
Sebelum makan,
Pemimpin dari acara tersebut memimpin dengan berbicara menggunakan dialeg Oma.Saat
memulai makan orang tua (om-om) harus menyuapi ana-ana terlebih dahulu, setelah
itu baru ana-ana lanjut untuk makan sendiri. Dalam setiap Soa masing-masing
marga hanya bisa menyuapi ana-ana dari marga itu sendiri (Hukom menyuapi
Hukom).
Setelah selesai
proses makan , makanan yang sudah disiapkan tapi tidak dimakan harus dibawa
pulang dengan wadah yang sudah disiapkan dan ini diwajibkan untuk ana—ana yang
makan.
Setelah selesai
acara makan, mereka melanjutkan dengan mengadakan pesta sebagai wujud perayaan
untuk mengikat tali persaudaraan dalam sukacita.
Demikianlah
langkah-langkah prosesi pelaksanaan Budaya “Ana kasi suap Om”
1.6.2. Artefak
2.
Tifa
3.
Lesa
(meja)
4.
7
pasang piring dan sendok
5.
Pakian
adat (Baju Cele dan Lengso Adat)
1.7. Peralatan hidup dan Teknologi
Peralatan
hidup dan Teknologi masyarakat Negri Oma antara lain,
Masyarakat
Negri Oma menggunakan Lesa atau meja untuk acara Budaya ana kasi makan Om. Masyarakat
Negri Oma menggunakan peralatan hidup sama seperti yang biasanya orang pakai
seperti Peralatan memasak Kompor,juga tempat tidur ada juga kursi meja yang
normalnya ada di setiap rumah. Teknologi yang digunakan adalah teknologi
elektronik seperti Tv, ada juga Motor Mesin spit dsb.
Ada
juga Tanda
kebesaran yang berupa tongkat, panji dan payung. Tongkat kebesaran ini berkepala
perak untuk semua pamerentah, sedangkan berkepala emas diberikan oleh Gubernur
Jenderal kepada pamerentah yang bersangkutan atau residen atas namanya bila
berhalangan hadir.
Selainitu, tongkat kebesaran yang
berupa panji memiliki tiga warna yaitu : kuning emas, putih, dan biru. Selain
itu tanda kebesaran yang berupa payung, tanda kebesaran ini untuk melindunginya
dari sinar terik matahari dan hujan bila berpergian. Warna dari payung ini sama
dengan ketiga warna panji-panji tersebut, diberikan sesuai dengan gelarnya.
1.8. Sistim
Religi
Saya tidak tau pasti kebercayaan mula-mula negri Oma atau
yang berhubungan erat dengan religi. Tapi menurut survei saya ketika bertanya
di beberapa Orang yang berasal dari Oma. Masyarakat Negri Oma dulunya
berkepercayaan mistik,Animisme atau percaya kepada leluhur-leluhur atau
dewa-dewa dan Alam ,sehinggah belum mengenal dengan namanya Kristen. Tapi
seiring berkembangnya waktu dan ada proses
perpindahan penduduk atau pendatangan ,kebanyakan masyarakat negri Oma
sekarang ini berkepercayaan Kristen. Dulu upacara-upacara adat yang berlangsung
dalam negri Oma dilakukan secara adat namun karena Agama Kristen sudah masuk
akhirnya sistim kepercayaan Kristen ini dipakai ada selalu ada dalam setiap
acara di Negri Oma.
1.9. Kesenian
Seni
dalam masyarakat Negri Oma antara lain,
1.9.1. Seni musik
yang
terkenal adalah Tifa (sejenis gendang) dan Totobuang. Masing-masing alat musik
dari Tifa Totobuang memiliki fungsi yang bereda-beda dan saling mendukung satu
sama lain hingga melahirkan warna musik yang sangat khas. Namun musik ini
didominasi oleh alat musik Tifa. Terdiri dari Tifa yaitu, Tifa Jekir, Tifa
Dasar, Tifa Potong, Tifa Jekir Potong dan Tifa Bas, ditambah sebuah Gong
berukuran besar dan Toto Buang, yang merupakan serangkaian gong-gong kecil yang
di taruh pada sebuah meja, dengan beberapa lubang sebagai penyanggah. Adapula
alat musik tiup yaitu Kulit Bia (Kulit Kerang).
Alat musik tifa ini sering dipakai
dalam setiap acara di Negri Oma salah satunya pada saat Budaya Ana kasi makan
Om.
1.9.2
Tari
yang terkenal
adalah tari Cakalele yang menggambarkan Tari perang. Tari ini biasanya
diperagakan oleh para pria dewasa sambil memegang Parang dan Salawaku
(Perisai). Ada pula Tarian lain seperti Saureka-Reka yang menggunakan pelepah
pohon sagu. Tarian yang dilakukan oleh enam orang gadis ini sangat membutuhkan
ketepatan dan kecepatan sambil diiringi irama musik yang sangat menarik.
Sama halnya dengan Tifa,tari-tarian ini juga sering di pakai dalam setiap
acara di negrin Oma salah satu nya acara Budaya Ana kasi makan Om.
BAB II
Analisa
Masuknya Budaya
2.1. Dua
Proses Kebudayaan Asing
2.1.2. Alkuturasi
a. Dulu, dalam perayaan Budaya “ana kasi suap om” ini,
bahasa yang digunakan adalah bahasa daerah atau biasa disebut bahasa tanah.
Tapi, seiring perkembangan zaman, dan ada budaya yang masuk dan berkembang di
Oma, bukan hanya bahasa tanah yang dipergunakan tapi bahasa Ambon atau Bahasa
Oma. Ini bisa dikarenakan masyarakat yang sudah tidak tau lagi dengan
bahasa-bahasa itu.
b. Alkuturasi yang terjadi dalam
Negri Oma seinggah terjadinya pengambil alihan budaya adalah pengaruh Eropa yang terkenal adalah Polonaise yang
biasanya dilakukan orang Maluku terkhususnya masyarakat Oma pada saat kawinan oleh setiap anggota pesta tersebut
dengan berpasangan, membentuk formasi lingkaran serta melakukan gerakan-gerakan
ringan yang dapat diikuti setiap orang baik tua maupun muda.
Polonaise bukan hanya terjadi
pada saat kawinan, pada selesai budaya ana kasi makan om juga malamnya biasa
diselanggrakan pesta dan biasanya budaya Polonaise ini terjadi.
2.1.3. Asimilasi
a.
Asimilasi
yang terjadi juga adalah soal Pakian. Dulu ketika acara budaya ana kasi makan
Om berlangsung , mereka memakai pakian adat seperti baju cele, kain kebaya .
tapi karena budaya barat masuk sampai ke Negri Oma. Pakian yang dipakai sudah
dikaloborasi dengan budaya barat “jeans”, sehinggha peserta acara memakai
atasan cele dan bawahanya celana jeans.
b.
Asimilasi yang terjadi di Negri Oma antara lain, Dalam kebudayaan “ budaya ana kasi makan Om , biasanya hanya
diringi oleh Tifa saja. Namun karena ada nya budaya luar yang masuk seperti
alat musik lainya yaitu alat musik petik yaitu Ukulele juga di kaloborasi dalam budaya tersebut dengan tifa. Ukulele ini berasal dari Hawaiian
seperti halnya terdapat dalam kebudayaan Hawaii di Amerika Serikat. Ada juga budaya barat seperti alat musik Keyboard , sekarang juga pada saat
acara budaya ana kasi makan Om biasanya diringi dengan keyboard.
2.2. Sosialisasi,Enkulturasi
2.2.1. Sosialisasi, Berbicara soal sosialisai terutama dalam budaya ana kasi
makan om di Negri Oma sudah terjadi dan masih dipertahankan sampai sekarang.
Karena tali kekerabatan dan kekeluargan sangat erat dan oleh karena itu budaya
ini masih dan tetap dipertahankan. Meskipun, banyak orang-orang Oma yang tidak
berdomisili di Oma,tapi karena rasa cinta mereka, budaya ini masih tetap
dilaksanakan.
2.2.2. Enkulturai, dulu sebelum
timbulnya Enkulturasi masyarakat Negri Oma ketika berlangsungnya Proses budaya
Ana kasi makan Om, acara tersebut tidak di dampingi dan di pandu Oleh pemuka
agama. Namun karena proses Enkulturasi akhirnya pada saat proses budaya ana
kasi makan om didampingi oleh pemuka agama. Dan dalam budaya ini pemuka
agamanya adalah seorang Pendeta/Haji. Ini terjadi karen adanya pengaruh
masuknya agama Kristen dan Islam dalam kebudayaan maluku.
DAFTAR PUSTAKA
-
Uneputty D, C., Hukum Adat Negeri Oma dan Perkembangannya
Komentar
Posting Komentar