SUATU KAJIAN PASTORAL TERHADAP KEKERASAN PEREMPUAN DALAM PACARAN
APRILIA NETANIA
HUKOM
TEOLOGI
PASTORAL
|
“Mungkin hanya
ada dua pengalaman yang benar-benar dirasakan perempuan secara universal.
Pengalaman saat melahirkan, memberikan kehidupan bagi mahkluk-mahkluk kecil
yang amat sangat disayangi dan ketakutan akan kekerasan “
SUATU
KAJIAN PASTORAL TERHADAP KEKERASAN
PEREMPUAN DALAM PACARAN
Kerangka Pengkajian:
a.
Pendahuluan
b.
Isi/pembahasan
c.
Menarik
kesimpulan
d.
Penutup
A.
PENDAHULUAN
Kasus yang saya pilih ialah perempuan yang mendapat kekerasan
terhadap dalam berpacaran. Saya sangat
tertarik dengan kasus ini karena saya mempunyai teman yang mempunyai pengalaman
seperti ini. Alasan saya memilih untuk mengkaji kasus ini ialah, karena kasus
ini sudah banyak dan marak terjadi dalam konteks sekarang ini. Saya sudah
banyak sekali berjumpa dengan kasus seperti ini, dari SMP, SMA tapi hanya kasus kekerasan dalam
pacaran saja, hingga sampai pada perkuliahaan saya berjumpah dengan kasus
perempuan yang bahkan menggugurkan anak sampai kepada kekerasan dalam pacaran.
Saya selalu menjadi tempat curhatan dari teman-teman saya,sehingga saya sangat
merasa tertarik untuk mengkaji kasus ini apalagi dengan memanfaatkan studi
pastoral yang sudah saya dapatkan selama semester IV ini. Banyak kasus yang
sudah saya jumpai, namun ada satu kasus yang sampai sekarang ini masih dialami
dan terjebak oleh teman saya.
Dalam pengkajian kasus ini, saya memanfaatkan
materi-materi yang sudah saya dapatkan pada saat perkuliahaan,dan dibantu
dengan metode yang saya pilih yaitu,metode studi kasus (MSK).
Tujuan dari pengkaijan kasus ini,kiranya dengan hasil
dari pengkajian kasus ini saya dapat membantu teman saya dalam mencari jalan
keluar bagi dirinya, dan juga dapat menambah pengetahuan dan kemampuan saya
dalam bidang pastoral.
B. ISI/PEMBAHASAN
Penulis menganalisa kasus ini menggunakan Metode Studi Kasus (MSK). [1]MSK
adalah suatu proses pengolahan kasus secara ilmiah. MSK adalah pola dasar yang
membimbing proses-proses pemikiran pastoral teologis tentang masalah-masalah
dan keadaan-keadaan yang dihadapi pendeta atau pelayan laiinya menyangkut
hal-hal yang pastoral atau pengembalaan.
Prof. DR.Tj.G Hommes menyebutkan keempat langkah dalam
MSK merupakan prosedur studi kasus. Setiap tahapan dalam langkah tersebut
mempunyai tugas atau tujuan sendiri-sendiri. Ada 4 langkah/tahapan :
1. Mengamati/mempelajari/deskriptis
2. Mencoba
untuk memahami/Analisa
3. Menilai/interpretasi
4. Menanggapi/tindakan
Dari ke4 tahap diatas mempunyai tugas khusus/tujuan
khusus yang harus pada setiap tahap adalah mengumpulkan data,memperoleh
pengetahuan,menarik kesimpulan, perencanaan aksi pastoral. [2]
[3]Ke-4 tahapan MSK ini hampir sama kepada Lingkaran Pastoral:





Refleksi
TAHAP 1:
MENGAMATI KETEPATAN DESKRIPTIF/DESKRIPSI KASUS
(Konteks/masalah)
Berisikan besrkipsi kasus mengenai kenyataan tentang
situasi problematika peristiwa/keadaan tertentu pada Kasus kekerasan dalam
berpacaran.
Ratna
Galih (nama samaran) adalah teman saya yang berkuliah di salah satu universitas
di maluku,lahir pada 21 desember 1992. Dia sudah menjalin hubungan pacaran
dengan pacarnya Dimas Anggara (nama samaran) sekitar tahun 2013 sampai sekitar
pertengahan tahun 2017. Dalam awal hubungan mereka, masih terjalin hubungan yang
harmonis namun pada pertengahan tahun 2017 sudah mulai ada tindakan-tindakan
kekerasan dalam hubungan mereka. Setiap ada masalah dalam hubungan mereka ,
selalu saja Ratna dipukul oleh Dimas,Jika Ratna melawan dan tidak menuruti
kemauan dari Dimas. Namun alasan utama ialah karena kecemburuan. Ratna selalu
dipukul, tindakan kekerasan yang sering dilakukan ialah pukulan atau tonjok ke
wajah,ditampar dan di tendang. Ratna awalnya biasa-biasa saja atas tindakan
yang dilakukannya, namun kejadian ini memuncak ketika Ratna dan Dimas sudah
melakukan hubungan sex dan berhujung kepada kehamilan Ratna, sekitar tahun
2015. Mereka berdua kemudian memustukan untuk menggugurkan anak mereka, dan
mereka pun melakukanya. Kehidupan pacaran mereka berlangsung seperti semula
kembali, namun ada sedikit perubahan, Dimas menjadi semakin posesif, Ratna
tidak bisa bergerak bebas setelah kasus pengguguran anak mereka. Kemana-mana
Ratna pergi harus ditemani Dimas dan jika melawan maka Ratna akan dipukul. Hal
ini membuat Ratna mulai merasa gelisa dan tidak nyaman akan perilaku Dimas,
apalagi tindakan kekerasan yang memuncak pada saat Ratna ditonjok kewajah
sampai memerah dan bengkak. Hal lain juga ketika Ratna dan saya pergi ke rumah
teman, kemudian Dimas marah dan mengikuti kami berdua. Mereka berdua berkelahi
besar ditengah jalan, Ratna dimaki, dikata-katai dan hampir ditonjok ke wajah
dan ditendang dari motor oleh Dimas. Hal ini yang sangat membuat Ratna malu
karena perilaku Dimas yang kasar dimuka teman-temannya. Setelah itu pun saya
meminta Ratna untuk memutuskan Dimas.
Ketika
Ratna meminta untuk putus karena malu di depan saya, Dimas tidak mengisinkannya.
Dimas tidak mau putus/lepas dari Ratna, bahkan ketika Ratna meminta putus Ratna
dimaki dan ditonjok, Ratna mencari-cari alasan untuk putus dengan cara
selingkuh namun malah Ratna tidak bisa lepas dan ditonjok lagi ketika meminta
putus. Bahkan Dimas berkata bahwa akan membuat Ratna malu , Dimas akan
mengatakan kepada keluarga dan teman-teman Ratna bahwa Ratna pernah hamil dan
menggugurkannya. Hal ini yang membuat Ratna tertekan, apalagi Ratna sering
dipukul , ini membuat luka batin tersendiri bagi Ratna.
Hari
demi hari berlalu, Ratna berusaha terus menerus untuk putus dari Dimas. Ratna
menjauh dengan sendirinya dan menghilangkan kontak atau hubungan dengan Dimas
ketika meminta putus meskipun Dimas tidak mau. Awalnya Dimas masih terus
mencari Ratna, tapi Ratna sudah mempunyai tekad yang bulat sehinggah dia
betul-betul menjauh dan menghilang dari Dimas.
Ketika
putus dan menghilang dari Dimas membuat kelegahan tersendiri bagi Ratna, tapi Ratna
mengatakan dia mempunyai luka batin yang sangat mendalam terhadap laki-laki
akibat pengalaman yang dia alami dengan Dimas. Ratna menjadi terlarut dalam
kesedihan dan penyesalan. Dia merasa dirinya sudah tidak berhaga lagi, dia
merasa dirinya rendah karena harga dirinya sudah diinjak-injak oleh Dimas. Dia telah
menjadi korban kekerasan oleh Dimas, dan juga penyesalannya memuncak ketika dia
pernah menggugurkan anaknya. Hal ini membuat Ratna sangat sulit membuka dirinya
lagi untuk memulai suatu hubungan pacaran lagi, Ratna takut untuk disakiti dan
menjadi korban kekerasan lagi.
TAHAP KE-2:
MENGANALISA KASUS
(analisa)
Pacaran
dimulai pada masa remaja dimana terjadi perubahan radikal dari yang tidak
menyukai lawan jenis menjadi lebih menyukai serta ingin diterima, diperhatikan
dan dicintai oleh lawan jenisnya. Manusia memiliki beberapa kebutuhan dasar yang harus dipenuhi
secara bertingkat dimana seseorang akan beranjak pada fase. Pacaran merupakan masalah yang
kontemporer di kalangan pemuda saat ini, sebuah tindakan yang wajar sebagai
wujud dari perasaan suka kepada lawan jenis namun kebanyakan menjadi
pelampiasan nafsu yang berakibat buruk bagi para pelakunya. Persoalan
pacaran pun tidak hanya berhubungan dengan perilaku seks bebas tetapi juga
lebih kepada tindak kekerasan terhadap pasangannya. Kekerasan
dalam pacaran tergolong dalam suatu bentuk perilaku menyimpang remaja dan
pemuda/i yang marak terjadi, apalagi ada dalam kasus ini alasan utama kekerasan
juga ialah karena si korban pernah menggugurkan anaknya.
[4]Pengertian
kekerasan dalam pacaran
Kekerasan dalam berpacaran atau dating violence merupakan
kasus yang sering terjadi setelah kekerasan dalam rumah tangga. Dari data Rifka
Annisa didapat fakta yang mengejutkan bahwa dating violance menempati posisi
kedua setelah kekerasan dalam rumah tangga. Tercatat dari 1994-2011
(Januari-Oktober), Rifka Annisa telah menangani 4952 kasus kekerasan pada
perempuan, posisi pertama kasus KDRT sebanyak 3274 kasus, dan posisi kedua
kasus dating violance tercatat 836 kasus.
Berbagai
penelitian sikap kekerasan dalam berpacaran lebih dominan dilakukan oleh
kalangan para laki-laki walaupun sebaliknya perempuan juga ada sebagian yang
melakukan kekerasan terhadap calon pasangannya. Dalam penelitian ini penulis
akan lebih mendalami mengenai kekerasan dalam berpacaran yang dilakukan oleh
laki-laki. Dari berbagai penelitian mengindikasikan bahwa selama ini yang
selalu mendapatkan kekersan dari pasangannya yaitu para perempuan.
Adapun bentuk
kekerasan dalam berpacaran ada dua yaitu: kekerasan fisik dan non
fisik. Mengakibatkan kekerasan fisik dan non fisik karena dialatar belakangi
bahwa para remaja beranggapan pasangannya itu segala-galanya bagi mereka dan
yang akhirnya akan menimbulakn sebuah kekerasan fisik dan non fisik.
Berbicara mengenai kekerasan dalam
pacaran, berhubungan dengan etika gender dan ini juga berarti membicarakan mengenai relasi bagaimana yang
seharusnya dilakukan laki-laki dan perempuan sebagai relasi yang paling baik,
benar dan tepat dalam keterarahannya kepada Allah melalui Yesus Kristus.
Perbedaan
gender yang dikonstruksikan ini sesungguhnya tidak akan menjadi persoalan atau
masalah selama tidak menciptakan ketidakadilan. Akan tetapi pada kenyataannya
perbedaan gender telah memunculkan persoalan ketidakadilan dalam bentuk
marginalisasi atau proses pemiskinan, subordinasi, pembentukan stereotipe atau
melalui pelabelan negatif, kekerasan, beban kerja yang lebih panjang serta
sosialisasi ideologi nilai peran gender. Akibat lain dari perbedaan gender
adalah kekerasan. Kekerasan itu terjadi karena ketidakseimbangan kekuatan yang
ada dalam masyarakat, kekerasan itu antara lain: pemerkosaan, pemukulan,
penyiksaan yang mengarah pada alat kelamin, pelacuran, pornografi, kekerasan
dalam bentuk pemaksaan sterilisasi dalam keluarga berencana dan kekerasan
terselubung dalam bentuk memegang atau menyentuh bagian tertentu pada tubuh
perempun[5].
Ratna ialah korban dari perbedaan gender tersebut, Dimas merasa bahwa Ratna
adalah wanita yang berada dibawah laki-laki dan harus tunduk kepadanya.
[6]Ada 4 pertanyaan
yang bisa dipakai untuk menganalisa kasus ini:
1. Dimulai dengan
pertanyaan siapakah tokoh-tokoh terpenting yang tersangkut dalam kasus ini?
Bagaimana penderiiannya? Bagaimana sikapnya?
-
Berdasarkan kasus ini, Ratna adalah
sebagai korban utama. Dialah yang menjadi korban akan kekerasan yang
dialaminya. Dia tidak mau membuka diri lagi atas apa yang ia rasakan dengan
Dimas, dia merasa dirinya di rendahkan sebagai perempuan, ditambah lagi dengan
kasus pengguguran anak yang dilakukan olehnya. Dia merasa menyesal dan merasa
bersalah bahkan marah atas apa yang ia lakukan.
2. Bagaimana
pandangan penulis sendiri/purbasangkanya sendiri terhadap kasus ini?
-
Saya merasa bahwa apa yang Ratna
rasakan adalah hal yang wajar yang pasti
dirasakan oleh semua perempuan jika dalam posisi itu. Jika kita menjadi korban kekerasan pasti ada
saja perasaan campur aduk yang kita rasakan , sama seperti ratna, apa lagi
pernah menggugurkan anak pasti ada rasa penyesalan sedalam-dalamnya.
Dari segi Spiritual,menurut saya kekerasan dalam
hubungan yang dilakukan terhadap pasangan dalam bentuk apapun adalah salah.
Saya merasa spiritualitas pasangan ini sudah mulai menurun karena
pengalaman-pengalama tersebut. Kekerasan juga berdampak pada pertumbuhan
fisik,psikis dan juga kejiwaan,pelaku
akan dihantui rasa bersalah dengan apa yang telah dilakukan, dan bagi korban
kekerasan akan terganggu secara fisik. Dalam kehidupan sosial juga menurut saya pelaku kekerasan biasanya sulut
berinteraksi dengan baik, apa lagi jika sudah di cap buruk.
3. Apakah
faktor-faktor luar yang memainkan peranan dalam kasus ini?
-
Kekerasan yang dialaminya
-
Pengguguran anak yang dilakukannya
-
Perasaan tertekan dan rendah diri yang
dialaminya
-
Tidak bisa membuka diri untukn
menjadlin suatu hubungan lagi
4. Bagaimana
implikasis pokok pastoral. Persoalaan pastoral teologis; apa pokok didalam
kasus.
Ratna ingin
supaya dia keluar dari lingkaran hitam yang ia alami, ia ingin memulai hidup
baru lewat konseling pastoral ini. Tapi dia masih merasa takut untuk melangkah.
Dia ingin melalu konseling pastoral Luka hatinya akan tersembuhkan.
TAHAP KE-3:
Menilai/interpretasi
(Refleksi
Teologi)
Kekerasan dalam
pacaran;Problematika yang menghadirkan stres.
Sebuah tindakan kekerasan adalah juga
masalah yang kerap dilakukan kepada orang lain. Sebelum kekerasan yang
dilakukan seseorang kepada yang lain yang membuat dia di cap sebagai pelaku
kekerasan,biasanya pelaku telah lebih dahulu mengalami atau mungkin menyerap
bentuk tindakan-tindakan kekerasannya lainya melalui hubungan dalam keluarga
atau pengamatan-pengamatan di meida-media elektronik. Itu berarti bahwa sebuah
tindakan kekerasan yang terjadi tidak akan lahir atau muncul dengan sendirinya
tanpa ada pengamatan atau pengalaman langsugn terkait kekerasan itu sendiri.
Dengan demikian sebelum orang yang melakukan kekerasan itu menjadi
pelaku,kemungkinan besar ia sendiri pernah menjadi korban dari kekerasan itu
sendiri melalui hasil pembelajaran. Kekerasan sesungguhnya berbentuk siklus
yang tak akan berakhir jika tidak segera diputuskan secara benar dan tepat.
Kekerasan yang dialamu sangat berdampak pada fisik maupun psikis korban
sehingga dapat menghadirkan stres dalam dirinya. Biasanya stres muncul dan
sulit dikendalikan manakala ketegangan dalam diri seseorang muncul dan
menekannya dari segalah penjuru serta berlangsung dalam kurun waktu yang lama.
Dampak stres yang dialami akan sangat mempengaruhi perumbuhan dari mereka yang
menjadi korban dari tindakan-tindakan kekerasan yang dialami. Dampak yang mesti
dipahami ialah membuat seseorang terkikir harga dirinya ,karena hal itu akan
membuat dia sulit untuk bebas dan melepaskan diri dari persoalan yang
dihadapinya.
Stres yang berkepanjangan akan dapat
mematikan semangat dan harapan seseorang untuk menjadi lebih baik, dengan
demikian perlu adanya pertolongan dari orang lain agar membantunya mengalami
pembebean serta meningkatkan relasinya dengan Tuhan. Jelas bahwakekerasan yang
dialami (fisik & psikis) dapat menimbulkan stres atau tekanan batin namun
bukan berartti harus melunturkan semngat untuk nikmati hidup secara lebih baik.
Segalah persoalan dapat diatasi jika kita mampu mengahdapinya dengan tidak
membawa persoalan itu menjadi bagian hidup yang terpelihara dalam diri kita
tetapi sedapat mungkin kita mencoba untuk menggali dan menemukan makna dibalik
semua persoalan yang dihadapi itu dan menjadikan itusebagai guru untuk
bertumbuh baik untuk harapan maumpun iman kita di masa depan.
Harus ada kesadaran bahwa Tuhan yang
Maha Hadir selalu peduli terhadap persoalan yang dialami. Mazmur 23:1-6,
memberi gambaran yang jelas bahwa penyertaan Allah bagi setiap orang yang berserah
kepadanya. Ia laksana Gembala Agung yang senantiasa menuntut domba-dombanya
bahkan ia tidak perna membiarkan domba-dombanya berjalan sendiri. Patut
dipahami bahwa Allah senantiasa peduli terhadap apa yang manusia alami
tergantung seberapa besar kemauan manusia untuk membuja diri menerima
pertolongan Tuhan.
Pengampunan yang memulihkan, penting
dipahami bahwa hidup yang dimiliki adalah anugrah yang tuhan berikan bagi
setiap orang agar kita dapat dinikmati degan penuh sukacita dan kedamaian,
bukan sebaliknya anugrah hidup yang Allah berikan dijalani dengan perasaan yang
cemas, kecewa,putus asa,marah bahkan penuh dendam. Dalam diri setiap orang
terdapat kemampuan yang unik untuk melangkah kebelakang dan memutuskan sikap apa yang dapat diambil dalam
uapya menanggapi berbagai kejadian. Hal ini merupakan landasan bagi “penanganan
masalh secara efektif”. Berangkat dari pengenalan perilaku baik dari diri
sendiri, kemudian memahami perilaku orang yang melakukan kekerasan serta
mencari penyebab dilakukannya kekerasan. Akan sangat membantu setiap orang yang
bermasalh mampu mengatasi beban yang dihadapi. Bukan hal yang muda
jiakhseseorang berusaha melepaskan diri dari pengalaman pahit yang dialamainya.
Seperti pada halnya korban kekerasan, terkadang mereka sulit menerima semua
kejadian yang dialami jika kejadian tersebut telah membekas dalam ingatan dan
batinnya. Namun hanya dengan memaknai dan mengampuni setiap orang yang dianggap
korban akan dpat bebas menikmati hidupnya. Tidak jarang bahwa mereka yang
terlihat konflik sering merasakan pergelutan antara isi kepala dan isi hati,
“kepalah” adalah pikiran, yakni keyakinan tentang apa yang seharusnya mereka
lakukan dan juga kesadaran moralitas mereka, “ hati “ adalah keyakinan yang
dioegang teguh dan betul-betul dirasakan yang berasal dari pusat spiritual diri
dengan”kepalah” kita memustukan untuk mengampuni dengan “hati”. Kita mengalami
kelegaan selepas mengampuni. Manusia membutuhkan “kepalah” maupun “hati”
Dalam melakukan proses pemulihan secara
total, penting juga untuk dipahami bahwa mengampuni tidak sama dengan
melupakan. Orang yang terluka mungkin saja dari luar kelihatan telahsembuh,
namun jika tidak diobati sampai tuntas maka luka tersebut menimbulkan penyakit
yang mematikan. Mengampuni adalah “tidak
menutupi setiap peristiwa yang menyangkut diri seseorang”. Korban bisa saja
mengngan sebuah kejadian/peristiwa yang membuatnya terluka namun tidak menutupi
atau menahan atau apapun yang bersangkutpaut dengan orang lain yang telah
membuatnya terluka.
Ada beberapa aspek penting yang bisa
dipelajari terkait dengan pengampuan
yang dapat diberikan kepada orang lain yang menyakiti kita, dari Matius
18:21:22.
Yesus
mengingatkan hendaknya pengampunan yang diberikan kepada orang yang melakukan
kesalahan bagi kita bukan hanya tujuh kali namun harus tujuh puluh kali tujuh
kali dan hal terssebut mutlak. Lewat pernyataan diatas jelas bahwa
pengampunan itu tiada batasnya dan harus dilakukan berulang kali. Dengan
pengampunan yang berulang dan sungguh-sungguh orang yang menjadi korban dari
tindakan kekerasan mampu membebaskan dirinya dari tindakan-tindakan yang merusak
citra diri. Selain di matius juga ada dalam doa Bapa kami jelas terlihat bahwa
Yesus menekankan pentingnya mengampuni orang yang bersalah kepada kami. Orang
yang mampu mengampuni orang lain adalah orang yang telah menjabarkan kasih dan
kehendak Allah dalam dirinya secara nyata,bahkan ia telah menampilkan
kemampuannya dalam berbagai hidup dengan sesama melalui sikapnya. Yesus disini
juga ialah Tokoh pengampunan , ketika dia disalibkan,difitna,dan dipukul yang
adalah tindakan kekerasan, disitu Yesus danggup menjalaninya dan bahkan
mengampuni mereka. Karena yesus sendiri selalu membangun relasi yang harmonis
dengan Bapa lewat Doa dan permohonan. Dan ini adalah salah satu stratergi
Yesus.
TAHAP KE-4:
Menanggapi/tindakan
(Perencanaan
Pastoral)
Pada tahap
ini, disusun perencanaan aksi pastoral yang mencari jalan keluar atau memberi
konseling atas kasus ini.
Dengan Tujuan : membantu pasangan yang mengalami kekerasan baik korban
maupun pelaku kekerasn memahami dan mengenal dirinya secara utuh, serta
membantu mereka mengatasi persoalan-persoalan yang terjadi dalam hubungan yang
dijalani.
Pelaksanaan: Pendeta atau tim
pastoral atau bisa juga saya yang sudah mendapat materi mengenai Pastoral.
Waktu pelaksana : dilakukan atas kesepakatan bersama, dapat dilakukan
kapan saja.
Perencenaan : dalam melakukan pelayanan pastoral harus perlu adanya
perencanaan yang matang, baik dalam hubungan teknis maupun materi.
Materi:
-
Pengembalaan :setiap masalah yang dialami seseorang tentunya akan mempengaruhi segalah
aspek kehidupan. Tugas konselor ialah dalam memberi pendampingan adalah
pertama-tama memberi rasa aman bagi klien,agar dia dapat terbuka dan
menceritakan persoallanya. Dan membri pemahaman-pemahaman Yesus kristus telah
membebaskan manusia dari semua ikatan dosa yang membelengguh idup kita.
-
Penyembuhan : bagaimana pelaku maupun korban kekerasan dapat diarahkan untuk mengatasi
kerusakan yang dialami , yang terpenting kerusakan secara mental dan spiritual
dengan cara membawanya untuk memperbaiki apa yang dialami menuju keutuhan hidup
yang lebih baik serta membimbingnya ke arah kemajuan di luar kondisi terdahulu.
[7]Ada 5 tahap menyembuhkan Ratna dari Rasa bersalah yang
dia lakukan atas penyesalan menggugurkan anak:
1.
Konfrontasi
, bagaimnana menghadapi diri sendiri
2.
Konvensional,
bagaimana korban mengaku dan memeriksa dan mencurahkan perasaan bersalahnya
3.
Pengampunan,
meminta klien berdoa dan meminta pengampunan Allah
4.
Pemulihan
-
Penopang : pembimbingan
secara intensif akan membantu korban dan pelaku dalam mengenaln diri mereka
lebih dalam, bahwa mereka adalah pribadi berharga dan unik. suatu kejadian yang
traumatis di masa lampau akan berdampak buruk bagi pertumbuhan baik fisik
maupun mental seseorang. Oleh sebab itu dibutuhkan upaya untuk menolong mereka
agar bertahan dan mengatasi bahkan memakai semua masalah yang mereka alami demi
sebuah pemulihan.
-
Pembimbingan : setiap kejadian yang dialami dapat menimbulkan
kebingunan,kecemasan dan ketakutan dalam diri orang yang mengahadapinya. Dengan
demikian mesti ada upaya menolongn mereka dalam menentukan pilihan yang pasti
untuk melangkah dengan benar dan penuh percaya diri ke masa yang akan datang,pembimbingan
yang dilakukan secara baik akan sngat menolongn klien.
-
Pendamaian : bagimana seseorang yang mengahadapi masalah dapat ditolong untuk
membangun dan memulihkan relasi antar sesama dan relasi dengan Allah. Dalamn
hal ini mesti ada pengampunan untuk sebuah pemulihan.
Metode
:
-
Perkunjungan : kehadiran seorang konselor dalam membantu klien merupakan awal yang baik
dalam membri pertolongan. Kehadiran mengiryaratkan tentang kepedulian,
-
Konseling/percakapan : ketika menghadapi masalah setiap orang membutuhkan orang
lain agar ia dapat mengungkapkan masalah yang ia hadapi.
-
Melakukan aksi pendamaian dengan korban: bukan hanya sampai kepada tahap percakapan saja,tapi
bagaimana korban berdamai dengan pelaku. Karena tindakan pelaku adalah alasan
utama korban menjadi terlarut dalam kesedihan. Hal ini dilakukan setelah korban
sudah mulai bisa berdamai dengan dirinya sendiri, barulah kepada tahap
pendamaian dengan pelaku.
C.
KESIMPULAN
kekerasan dipersepsikan
orang dengan perilaku kasar yang membuat orang lain menderita sakit baik secara
psikis maupun fisik. Korban dan Pelaku ialah kedua pasangan yang harus di
pastroalkan
Manusia, laki-laki dan
perempuan, diciptakan menurut gambar Allah dan diberikan kebebasan untuk
menentukan peran yang akan dilakukannya. Jadi upaya yang membatasi peran
perempuan hanya pada sektor domestik ini merupakan upaya yang membatasi atau
menghalangi perempuan untuk menyatakan diri secara utuh sesuai harkat dan
martabatnya sebagai gambar Allah.
Janganlah
terlarut ke dalam penyesalan , tapi marilah bangkit dan menyambut hari dengan
kehidupan yang lebih baik.
D. PENUTUP
Berdasarkan kesimpulan sebagaimana
tersebut diatas maka untuk meminimalisir kekerasan yang terjadi, berikut
beberapa saran yang diberikan oleh penulias, Mahasiswa, Sebelum
memutuskan untuk “pacaran” dengan seseorang hendaknya perlu diketahui terlebih
dahulu latarbelakangnya dan karakter calon pasangan dengan jalan berteman atau
bersahabat terlebih dahulu sehingga mengenal karakter masing-masing yang
sebenarnya, sehingga nanti bisa menentukan cocok atau tidaknya dengan karakter
kita dalam mewujudkan hubungan yang baik dan harmonis. Selanjutnya Kita boleh mencintai
seseorang, namun alangkah baiknya jika tidak berlebihan, sebab jika kita
kehilangan dan tidak memiliki tidak akan kecewa dan putus asa. Dan yang terakhir Apabila seseorang
memahami makna cinta dan tujuan pacaran maka ia pasti akan menyayangi dan
menerima pasangan secara tulus, tidak membesa. Jangan lupa untuk melibatkan Tuhan dalam setiap aspek
kehidupan, terutama pacaran agar meminimalisir kekerasan dalam pacaran. Demikianlah
kajian pastoral terhadap kekerasan terhadap perempuan dalam berpacaran. Kiranya
pengkajian ini dapat membantu saya meningkatkan kemampuan saya dan juga paper
ini dapat bermanfaat suatu hari nanti.
DAFTAR PUSTAKA
Fakih Mansour, Analisa gender dan
Transformasi sosia: Pustaka Pelajar, 1999
Pdt. E.P Gintings, konseling
pastoral,terhadap masalah umum kehidupan ,Bandung:Jurnal Info Media,2009.
Pdt. E.P Gintings, metode
studi kasus pastoral,Bandung:Jurnal Info Media,2011.
Materi Kuliah Teologi Pastoral, kelas
A, Hari selasa 14,Maret 2017
Diakses pada jumat 23,Juni 2017
[1] Pdt. Dr. E.P Gintings, metode studi kasus pastoral,Bandung:Jurnal
Info Media,2011. Hlm 23
[2] Ibid., hlm 32-33
[3] Materi Kuliah Teologi Pastoral, kelas A, Hari selasa 14,Maret 2017
Diakses
pada jumat 23,Juni 2017
[5] Fakih Mansour, Analisa gender dan Transformasi sosia: Pustaka Pelajar, 1999 hlm
12-20
[6] Ibid., Gintings, metode studi kasuu Hlm 39-40
[7] Pdt. Dr. E.P Gintings, konseling pastoral,terhadap masalah umum
kehidupan ,Bandung:Jurnal Info Media,2009. Hlm 133-134
Komentar
Posting Komentar